IMAN KEPADA QADA DAN QADAR
A.
Pengertian Qada dan Qadar
Menurut bahasa Qada berarti keputusan
atau ketetapan. Sedangkan Qada menurut istilah ialah ketentuan Allah atas
segala sesuatu sejak zaman azali terhadap makhluk-Nya. Qadar artinya ialah
ketetapan Allah yang terjadi terhadap semua makhluk-Nya yang terdapat hubungan
sebab akibat. Allah berfirman:
اِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَهُ بِقَدَرٍ . القمر.٤٩
Artinya:
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (Q.S. Al-
Qamar/54: 49).
Jadi, Iman kepada qada dan qadar
adalah mempercayai segala sesuatu didunia ini ditetapkan atas kehendak Allah. Dalam ungkapan sehari-hari istilah qada dan qadar
dikenal dengan sebutan takdir. Beriman kepada takdir
Allah, artinya meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam
semesta ini berada di bawah ketentuan dan kekuasaan Allah.
Takdir dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu takdir mubram dan takdir mu’allaq.
1.
Takdir mubram
Yaitu ketentuan yang pasti terjadi dan
diterima oleh semua makhluk-Nya. Kepastian yang telah diputuskan oleh Allah
tersebut, manusia tidak bisa menghindari atau menolaknya. Misalnya: terjadinya
kiamat, kematian seseorang, kelahiran bayi telah ditentukan jenis kelaminnya.
2.
Takdir mu’allaq
Yaitu ketentuan Allah atas
makhluk-Nya yang mungkin dapat berubah karena usaha yang sungguh-sungguh. Misalnya:
bodoh diusahakan menjadi pandai dengan belajar, kemiskinan dapat diatasi dengan
giat bekerja, sakit dapat sembuh dengan berobat ke dokter.
Sebagai muslim, kita wajib meyakini
dengan teguh bahwa qada dan qadar Allah itu benar adanya, baik menguntungkan
atau sebaliknya. Segala sesuatu telah ditentukan Allah sesuai dengan kadar atau
ukurannya masing-masing. Firman Allah:
وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِمِقْدَارٍ.الرعد:٨
Artinya:
Dan segala sesuatu ada ukuran di sisi-Nya. (Q.S. Ar-Ra’d/13: 8)
B.
Keyakinan Terhadap Qada dan Qadar
Qada dan qadar adalah ketentuan
Allah yang berlaku bagi semua makhluk- Nya. Baik sesuatu
yang sudah terjadi, yang sedang terjadi maupun yang belum dan
akan terjadi. Tidak ada seorangpun yang dapat membantah atau mengelak dari ketentuan Allah.
Mempercayai takdir bukan berarti
bahwa kita hanya berpangku tangan menunggu takdir Allah swt begitu saja. Akan tetapi kita harus
berusaha giat, bekerja keras, dan tekun agar tercapai apa yang kita inginkan.
Contoh:
Seorang pedagang muslim harus
bekerja dengan giat untuk memperoleh keuntungan
yang banyak dengan jalan yang halal. Seorang petani hendaknya
berusaha dan bekerja tekun mengolah tanah dan ladangnya agar memperoleh
hasil yang banyak. Begitu pula sebagai pelajar muslim harus rajin belajar
agar dapat menyelesaikan pelajarannya dengan baik dan sukses masa depannya.
Oleh karena itu, keyakinan terhadap qada dan qadar akan melahirkan sikap dan perilaku sebagai berikut.
1. Berikhtiar
dan Berusaha
Qada dan qadar menuntut adanya
ikhtiar. Oleh sebab itu, kita wajib berusaha, meskipun hasilnya yang menentukan
Allah. Berikhtiar itu diperintahkan dalam agama Islam. Allah tidak akan
mengubah nasib seseorang, bilamana orang yang bersangkutan tidak mau berusaha
mengubah nasibnya. Firman Allah:
اِنَّ الله لاَ يُغَيِّرُمَا بِقَوْ مٍ حَتَّي يُغَيِّرُوْامَا بِاَ
نْفُسِهِمْ...الر عد:١١
Artinya:
"
Sesungguhnya Allah tidak mengubah
keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri."
(Q.S. Ar-Ra’du/13: 11).
2.
Berdoa kepada Allah
Melalui doa, kita memohon kepada
Allah agar takdir yang baik yang kita peroleh menjadi rahmat, berkah dan
mendapat rida-Nya. Sebaliknya, jika kita ditimpa suatu musibah dan nasib buruk,
kita berdoa kepada Allah semoga keburukan itu bukanlah suatu azab dan siksaan.
Melainkan hanyalah ujian semata. Berdoa kepada Allah dengan khusyuk dan ikhlas
merupakan keyakinan yang mendalam dalam memahami hakikat qada dan qadar Allah.
3. Rida
Terhadap Qada dan Qadar
Mempercayai takdir sangat besar
manfaatnya bagi kita. Manfaat tersebut antara lain hati menjadi selalu tenang,
tidak berkeluh kesah menghadapi segala ketentuan Allah, rela dan ikhlas
menerima ketentuan Allah. Rasulullah saw. bersabda:
عَنْ اَبِيْ هِنْدٍ الدَّا رِيِّ
قَلَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ ا للِه صَليَّ اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ قَلَ: قل الله
تَبَا رَكَ تَعَالَي : مَنْ لَمْ يَرْ ضَ بِقَضَا ئِ وَيَصْبِرْ عَلَي بَلَا ئِ
فَلْيَلْتَمِسْ رَبَّا سِوَايَ.
Artinya:
Dari Abi Hindun Ad-D±riyyi berkata,
mendengar Rasulullah saw bersabda, Allah SWT berfirman,“Barangsiapa yang tidak
ridha terhadap qada-Ku dan qadar-Ku, serta tidak sabar terhadap bala dari-Ku,
maka lebih baik ia mencari Tuhan selain Aku.” (H.R. At-Tabarani No. 200).
Jadi, orang yang menerima qada dan
qadar Allah dengan rida merupakan ciri orang beriman. Jika ada orang yang mengaku
beriman tetapi ia tidak rida menerima qada dan qadar Allah, maka imannya perlu
diragukan. Oleh karena itu, kita harus yakin bahwa apa saja yang terjadi dan
menimpa diri kita merupakan ketentuan Allah. Ketentuan Allah itu harus kita
terima dengan lapang dada, ikhlas
dan penuh pengharapan, bahwa semua kejadian itu mengandung hikmah
yang cukup besar bagi orang beriman.
4.
Tawakal kepada Allah
Tawakal artinya berserah diri
kepada Allah setelah berusaha. Jika usaha kita belum berhasil, maka kita harus menerimanya
dengan sabar. Kita tidak boleh
putus asa. Kita diwajibkan berusaha, berhasil atau tidaknya kita
serahkan kepada Allah. Segalanya atas kehendak Allah. Jika kita selalu
bertawakal, hati akan menjadi tenang dan tidak mudah putus asa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar