Kisah Kaum MUhajirin dan Anshor

kita bagaikan musafir yang sedang mencari ridho guru untuk bekal dalam perjalanan pulang

Sabtu, 19 Desember 2015



IMAN KEPADA QADA DAN QADAR

A.  Pengertian Qada dan Qadar
Menurut bahasa Qada berarti keputusan atau ketetapan. Sedangkan Qada menurut istilah ialah ketentuan Allah atas segala sesuatu sejak zaman azali terhadap makhluk-Nya. Qadar artinya ialah ketetapan Allah yang terjadi terhadap semua makhluk-Nya yang terdapat hubungan sebab akibat. Allah berfirman:

اِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَهُ بِقَدَرٍ . القمر.٤٩
Artinya:
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (Q.S. Al-
Qamar/54: 49).
Jadi, Iman kepada qada dan qadar adalah mempercayai segala sesuatu didunia ini ditetapkan atas kehendak Allah. Dalam ungkapan sehari-hari istilah qada dan qadar dikenal dengan sebutan takdir. Beriman kepada takdir Allah, artinya meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini berada di bawah ketentuan dan kekuasaan Allah.
Takdir dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu takdir mubram dan takdir mu’allaq.
1.      Takdir mubram
 Yaitu ketentuan yang pasti terjadi dan diterima oleh semua makhluk-Nya. Kepastian yang telah diputuskan oleh Allah tersebut, manusia tidak bisa menghindari atau menolaknya. Misalnya: terjadinya kiamat, kematian seseorang, kelahiran bayi telah ditentukan jenis kelaminnya.
2.      Takdir mu’allaq
Yaitu ketentuan Allah atas makhluk-Nya yang mungkin dapat berubah karena usaha yang sungguh-sungguh. Misalnya: bodoh diusahakan menjadi pandai dengan belajar, kemiskinan dapat diatasi dengan giat bekerja, sakit dapat sembuh dengan berobat ke dokter.
Sebagai muslim, kita wajib meyakini dengan teguh bahwa qada dan qadar Allah itu benar adanya, baik menguntungkan atau sebaliknya. Segala sesuatu telah ditentukan Allah sesuai dengan kadar atau ukurannya masing-masing. Firman Allah:
وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِمِقْدَارٍ.الرعد:٨
Artinya:
Dan segala sesuatu ada ukuran di sisi-Nya. (Q.S. Ar-Ra’d/13: 8)
B. Keyakinan Terhadap Qada dan Qadar
Qada dan qadar adalah ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk- Nya. Baik sesuatu yang sudah terjadi, yang sedang terjadi maupun yang belum dan akan terjadi. Tidak ada seorangpun yang dapat membantah atau mengelak dari ketentuan Allah.
Mempercayai takdir bukan berarti bahwa kita hanya berpangku tangan menunggu takdir Allah swt begitu saja. Akan tetapi kita harus berusaha giat, bekerja keras, dan tekun agar tercapai apa yang kita inginkan.
Contoh:
Seorang pedagang muslim harus bekerja dengan giat untuk memperoleh keuntungan yang banyak dengan jalan yang halal. Seorang petani hendaknya berusaha dan bekerja tekun mengolah tanah dan ladangnya agar memperoleh hasil yang banyak. Begitu pula sebagai pelajar muslim harus rajin belajar agar dapat menyelesaikan pelajarannya dengan baik dan sukses masa depannya. Oleh karena itu, keyakinan terhadap qada dan qadar akan melahirkan sikap dan perilaku sebagai berikut.
1. Berikhtiar dan Berusaha
Qada dan qadar menuntut adanya ikhtiar. Oleh sebab itu, kita wajib berusaha, meskipun hasilnya yang menentukan Allah. Berikhtiar itu diperintahkan dalam agama Islam. Allah tidak akan mengubah nasib seseorang, bilamana orang yang bersangkutan tidak mau berusaha mengubah nasibnya. Firman Allah:
اِنَّ الله لاَ يُغَيِّرُمَا بِقَوْ مٍ حَتَّي يُغَيِّرُوْامَا بِاَ نْفُسِهِمْ...الر عد:١١
Artinya:
" Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (Q.S. Ar-Ra’du/13: 11).
2. Berdoa kepada Allah
Melalui doa, kita memohon kepada Allah agar takdir yang baik yang kita peroleh menjadi rahmat, berkah dan mendapat rida-Nya. Sebaliknya, jika kita ditimpa suatu musibah dan nasib buruk, kita berdoa kepada Allah semoga keburukan itu bukanlah suatu azab dan siksaan. Melainkan hanyalah ujian semata. Berdoa kepada Allah dengan khusyuk dan ikhlas merupakan keyakinan yang mendalam dalam memahami hakikat qada dan qadar Allah.
3. Rida Terhadap Qada dan Qadar
Mempercayai takdir sangat besar manfaatnya bagi kita. Manfaat tersebut antara lain hati menjadi selalu tenang, tidak berkeluh kesah menghadapi segala ketentuan Allah, rela dan ikhlas menerima ketentuan Allah. Rasulullah saw. bersabda:
عَنْ اَبِيْ هِنْدٍ الدَّا رِيِّ قَلَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ ا للِه صَليَّ اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ قَلَ: قل الله تَبَا رَكَ تَعَالَي : مَنْ لَمْ يَرْ ضَ بِقَضَا ئِ وَيَصْبِرْ عَلَي بَلَا ئِ فَلْيَلْتَمِسْ رَبَّا سِوَايَ.                                                                          
Artinya:
Dari Abi Hindun Ad-D±riyyi berkata, mendengar Rasulullah saw bersabda, Allah SWT berfirman,“Barangsiapa yang tidak ridha terhadap qada-Ku dan qadar-Ku, serta tidak sabar terhadap bala dari-Ku, maka lebih baik ia mencari Tuhan selain Aku.” (H.R. At-Tabarani No. 200).

Jadi, orang yang menerima qada dan qadar Allah dengan rida merupakan ciri orang beriman. Jika ada orang yang mengaku beriman tetapi ia tidak rida menerima qada dan qadar Allah, maka imannya perlu diragukan. Oleh karena itu, kita harus yakin bahwa apa saja yang terjadi dan menimpa diri kita merupakan ketentuan Allah. Ketentuan Allah itu harus kita terima dengan lapang dada, ikhlas
dan penuh pengharapan, bahwa semua kejadian itu mengandung hikmah yang cukup besar bagi orang beriman.
4. Tawakal kepada Allah
Tawakal artinya berserah diri kepada Allah setelah berusaha. Jika usaha kita belum berhasil, maka kita harus menerimanya dengan sabar. Kita tidak boleh
putus asa. Kita diwajibkan berusaha, berhasil atau tidaknya kita serahkan kepada Allah. Segalanya atas kehendak Allah. Jika kita selalu bertawakal, hati akan menjadi tenang dan tidak mudah putus asa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar